Suatu Tradisi atau Adat Istiadat yang
diwariskan leluhurnya pada Masyarakat Sunda masih tetap dipelihara dan
dihormati serta di jaga hingga saat ini. Dalam Kebiasaan Hidup Manusia, kita
juga mengenal upacara-upacara yang bersifat ritual adat, salah satunya seperti
Upacara adat pada masa kehamilan sampai masa melahirkan. Tradisi ini sangat
unik dan menarik tentang upacara adat bagi
calon ibu yang sedang berbahagia dalam kehamilan bayi pertamanya, yaitu ada
upacara 4 Bulanan, ada upacara 7 Bulanan, ada upacara 9 Bulanan, ada upacara
Ekah, dan ada upacara Cukuran / Marhabaan, tetapi upacara-upacara adat pada
masa kehamilan yang masih di jalani dan dilakukan sampai sekarang ini hanya
tinggal beberapa saja yang dijalaninya yaitu upacara 7 Bulanan, Upacara Ekah,
dan upacara Cukuran atau Marhabaan. Walau pun masing masing daerah memiliki
perbedaan didalam menyambut si Jabang Bayi namun memiliki persamaan makna yaitu
agar bayi lahir dalam keadaan selamat.
Secara antropologis, kehamilan adalah
simbol fertilitas dan penanda lahirnya sebuah generasi baru yang harus disambut
dengan seksama. Dan Kebudayaan Tujuh Bulanan ini selalu dilakuan oleh
masyarakat Banten pada umumnya dan masyarakat Rangkas Bitung khususnya.
Pelaksanaan Tujuh Bulanan ini diambil dari Kalender Islam atau Kalender Masehi,
dimana upacara adat ini biasanya diselenggarakan pada tanggal 6, 16, 26, yang
menurur kepercayaan agar si Jabang Bayi yang dilahirkan mendapatkan
Keselamatan, Keberkahan, juga menjadi anak yang Soleh/ Solehah, dan menjadi
anak yang berbakti dan patuh terhadap kedua Orang Tua nya. Dan Tradisi seperti
itu ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan
keselamatan lahir bathin, dunia dan akhirat.
Berikut ini adalah beberapa tahap kegiatan
Upacara Adat/ Tradisi pada masa kehamilan sampai masa melahirkan yang dilakukan
di Kota Rangkas Bitung, Provinsi Banten, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Upacara
Mengandung Empat Bulan
Masyarakat
di Rangkas Bitung, apabila Ibu yang sedang hamil sudah menginjak 4 Bulan, pasti
akan melaksanakan upacara Empat Bulanan, karena pada usia kehamilan empat bulan
itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan
upacara Mengandung empat Bulan ini upacaranya diselenggarakan di rumah dengan
mengadakan pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan
doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna,
sehat, dan selamat, dan dalam upacara tersebut biasanya Si yang punya hajat
mengundang Ustad atau Ustadzah yang fungsinya untuk menasehati si Ibu yang
sedang mengandung supaya selalu menjaga kandungannya dengan cara sholat dan
mengaji, menasehati agar selalu menghormati Suaminya, Kedua Orang tuanya, dan Mertuanya
agar disaat persalinannya mendapatkan kelancaran dan Keberkahan oleh llah
S.W.T.
2)
Upacara Mengandung Tujuh Bulanan
Upacara
Tujuh Bulanan adalah Upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu
mengandung 7 bulan,hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan
ibu yang melahirkan akan selamat. Di dalam upacara ini biasanya Si yang punya
Hajat membuat Rujak untuk di jual dan dikelilingi dari rumah ke rumah (Rujaknya
ada yang di bayar pake uang dan ada juga yang hanya mengambil rujaknya saja
tanpa memberi uang), dan juga dirumah biasanya masak besar-besaran, karena
setiap tujuh bulanan banyak para tetangga yang menengok ke Si yang punya Hajat
(Undangan dengan membawa rantang/ baskom), dan Para undangan pun disuguhkan
kue-kue dan rujak setelah makan. Dan Puncak acara Tujuh Bulanan diadakannya
setelah maghrib atau Isya untuk mengadakan Riungan
yang fungsinya agar si Ibu dan si jabang bayi disaat melahirkan akan diberikan
kemudahan, keselamatan, dan kelancaran. Sebelum acara Riungan di adakan sebelumnya diadakan dulu Pembacaan Syeh sambil di
buatkan sebuah benang warna hitam (kendit)
untuk dipakai di perut si Ibu yang sedang mengandung dan juga diberi minum air
putih satu gelas yang didalamnya di isi oleh 3 lembar daun sirih. Dan kemudian
acara Riungan pun di lakukan sampai
selesai.
3)
Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara
sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam
upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat
lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuat
bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan
waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi
tumpeng atau makanan lainnya.
4)
Upacara Ekah
Sebetulnya
kata Ekah berasal dari bahasa Arab, dari kata Aqiqatun “anak kandung”. Upacara Ekah ialah upacara menebus jiwa
anak sebagai pemberian Tuhan, atau ungkapan rasa syukur telah dikaruniai anak
oleh Allah S.W.T, dan mengharapkan anak itu kelak menjadi orang yang
soleh/solehah yang dapat menolong kedua orang tuanya nanti di alam akhirat.
Pada pelaksanaan upacara ini biasanya diselenggarakan setelah bayi berusia 7
hari, atau 14 hari. Perlengkapan yang harus disediakan adalah domba atau
kambing untuk disembelih, jika anak laki-laki dombanya harus dua (kecuali bagi
yang tidak mampu cukup seekor), dan jika anak perempuan hanya seekor saja.
Kambing yang akan disembelih untuk upacara Ekah itu harus yang baik, yang
memenuhi syarat untuk kurban. Selanjutnya kambing itu disembelih oleh ahlinya
atau Ajengan dengan pembacaan doa selamat, setelah itu dimasak dan dibagikan
kepada handai tolan. Dan pada acara
Ekah ini dilakukan juga sebagai pemberian nama pada bayi tersebut.
5)
Upacara Cukuran/Marhabaan
Upacara
cukuran dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari segala
macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan ungkapan syukuran
atau terima kasih kepada Allah S.W.T, yang telah mengkaruniakan seorang anak
yang telah lahir dengan selamat. Upacara cukuran dilaksanakan pada saat bayi
berumur 40 hari. Pada pelaksanaannya bayi dibaringkan di tengah-tengah para
undangan disertai perlengkapan bokor yang diisi air kembang 7 rupa dan gunting
yang digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur
rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau
disebut marhaban atau pupujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad S.A.W.
dan membacakan doa yang mempunyai makna selamat lahir bathin dunia akhirat.
Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting sedikit oleh beberapa orang
yang berdoa pada saat itu sambil mengumandangkan Do’a Marhaba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar