Kamis, 04 Juli 2013

”UPACARA KEBIASAAN HIDUP MANUSIA” (Upacara Adat Pada Masa Kehamilan sampai Melahirkan)




Suatu Tradisi atau Adat Istiadat yang diwariskan leluhurnya pada Masyarakat Sunda masih tetap dipelihara dan dihormati serta di jaga hingga saat ini. Dalam Kebiasaan Hidup Manusia, kita juga mengenal upacara-upacara yang bersifat ritual adat, salah satunya seperti Upacara adat pada masa kehamilan sampai masa melahirkan. Tradisi ini sangat unik dan menarik tentang  upacara adat bagi calon ibu yang sedang berbahagia dalam kehamilan bayi pertamanya, yaitu ada upacara 4 Bulanan, ada upacara 7 Bulanan, ada upacara 9 Bulanan, ada upacara Ekah, dan ada upacara Cukuran / Marhabaan, tetapi upacara-upacara adat pada masa kehamilan yang masih di jalani dan dilakukan sampai sekarang ini hanya tinggal beberapa saja yang dijalaninya yaitu upacara 7 Bulanan, Upacara Ekah, dan upacara Cukuran atau Marhabaan. Walau pun masing masing daerah memiliki perbedaan didalam menyambut si Jabang Bayi namun memiliki persamaan makna yaitu agar bayi lahir dalam keadaan selamat.

Secara antropologis, kehamilan adalah simbol fertilitas dan penanda lahirnya sebuah generasi baru yang harus disambut dengan seksama. Dan Kebudayaan Tujuh Bulanan ini selalu dilakuan oleh masyarakat Banten pada umumnya dan masyarakat Rangkas Bitung khususnya. Pelaksanaan Tujuh Bulanan ini diambil dari Kalender Islam atau Kalender Masehi, dimana upacara adat ini biasanya diselenggarakan pada tanggal 6, 16, 26, yang menurur kepercayaan agar si Jabang Bayi yang dilahirkan mendapatkan Keselamatan, Keberkahan, juga menjadi anak yang Soleh/ Solehah, dan menjadi anak yang berbakti dan patuh terhadap kedua Orang Tua nya. Dan Tradisi seperti itu ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir bathin, dunia dan akhirat.
Berikut ini adalah beberapa tahap kegiatan Upacara Adat/ Tradisi pada masa kehamilan sampai masa melahirkan yang dilakukan di Kota Rangkas Bitung, Provinsi Banten, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)      Upacara Mengandung Empat Bulan
Masyarakat di Rangkas Bitung, apabila Ibu yang sedang hamil sudah menginjak 4 Bulan, pasti akan melaksanakan upacara Empat Bulanan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini upacaranya diselenggarakan di rumah dengan mengadakan pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat, dan dalam upacara tersebut biasanya Si yang punya hajat mengundang Ustad atau Ustadzah yang fungsinya untuk menasehati si Ibu yang sedang mengandung supaya selalu menjaga kandungannya dengan cara sholat dan mengaji, menasehati agar selalu menghormati Suaminya, Kedua Orang tuanya, dan Mertuanya agar disaat persalinannya mendapatkan kelancaran dan Keberkahan oleh llah S.W.T.



2)      Upacara Mengandung Tujuh Bulanan
Upacara Tujuh Bulanan adalah Upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan,hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Di dalam upacara ini biasanya Si yang punya Hajat membuat Rujak untuk di jual dan dikelilingi dari rumah ke rumah (Rujaknya ada yang di bayar pake uang dan ada juga yang hanya mengambil rujaknya saja tanpa memberi uang), dan juga dirumah biasanya masak besar-besaran, karena setiap tujuh bulanan banyak para tetangga yang menengok ke Si yang punya Hajat (Undangan dengan membawa rantang/ baskom), dan Para undangan pun disuguhkan kue-kue dan rujak setelah makan. Dan Puncak acara Tujuh Bulanan diadakannya setelah maghrib atau Isya untuk mengadakan Riungan yang fungsinya agar si Ibu dan si jabang bayi disaat melahirkan akan diberikan kemudahan, keselamatan, dan kelancaran. Sebelum acara Riungan di adakan sebelumnya diadakan dulu Pembacaan Syeh sambil di buatkan sebuah benang warna hitam (kendit) untuk dipakai di perut si Ibu yang sedang mengandung dan juga diberi minum air putih satu gelas yang didalamnya di isi oleh 3 lembar daun sirih. Dan kemudian acara Riungan pun di lakukan sampai selesai.

    


3)      Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuat bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.





    
4)      Upacara Ekah
Sebetulnya kata Ekah berasal dari bahasa Arab, dari kata Aqiqatun “anak kandung”. Upacara Ekah ialah upacara menebus jiwa anak sebagai pemberian Tuhan, atau ungkapan rasa syukur telah dikaruniai anak oleh Allah S.W.T, dan mengharapkan anak itu kelak menjadi orang yang soleh/solehah yang dapat menolong kedua orang tuanya nanti di alam akhirat. Pada pelaksanaan upacara ini biasanya diselenggarakan setelah bayi berusia 7 hari, atau 14 hari. Perlengkapan yang harus disediakan adalah domba atau kambing untuk disembelih, jika anak laki-laki dombanya harus dua (kecuali bagi yang tidak mampu cukup seekor), dan jika anak perempuan hanya seekor saja. Kambing yang akan disembelih untuk upacara Ekah itu harus yang baik, yang memenuhi syarat untuk kurban. Selanjutnya kambing itu disembelih oleh ahlinya atau Ajengan dengan pembacaan doa selamat, setelah itu dimasak dan dibagikan kepada handai tolan. Dan pada acara Ekah ini dilakukan juga sebagai pemberian nama pada bayi tersebut.
            




5)      Upacara Cukuran/Marhabaan
Upacara cukuran dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Allah S.W.T, yang telah mengkaruniakan seorang anak yang telah lahir dengan selamat. Upacara cukuran dilaksanakan pada saat bayi berumur 40 hari. Pada pelaksanaannya bayi dibaringkan di tengah-tengah para undangan disertai perlengkapan bokor yang diisi air kembang 7 rupa dan gunting yang digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau disebut marhaban atau pupujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad S.A.W. dan membacakan doa yang mempunyai makna selamat lahir bathin dunia akhirat. Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting sedikit oleh beberapa orang yang berdoa pada saat itu sambil mengumandangkan Do’a Marhaba.

        







            






























           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar